Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

ulama sodaqun dan ulama sholihun

Gambar
Ada dua kelompok ulama. Ada as sodiqun mislu rusul ada as solihun. Maksud mitslu Rusul itu dalam pengertian as Sodikun adalah ulama yang oleh Allah dikuatkan dengan karamat yang dzahir sebagaimana para Rasul yang dikuatkan oleh Allah dengan mu’jizat. Seperti ada orang yang mau beriman berkata; tandanya anda rusul apa, saya mau buktinya, saya minta mu’jizatnya. Nah rasul di sini wajib menunjukkan mu’jizatnya. Demikian pula auliya’-auliya’ itu. Seperti Syekh Abdul Qodir Al Jaelani. Beliau ditanya apa buktinya kalau Nabi Muhammad bisa menghidupkan orang mati. Syekh Abdul Qodir al Jaelani menjawab, ‘Terlalu tinggi kalau Nabi saya. Bagaimana dengan Nabimu?’ Orang yang bertanya berkata, “Nabiku bisa menghidupkan orang yang telah mati.” “Caranya bagaimana?,” lanjut Syekh Abdul Qadir. “Nabiku mengatakan, ‘Qum bi idzinillah,’ hiduplah dengan seijin Allah,” jawab orang itu. “Oke carikan saya orang mati,” pinta Syekh Abdul Qadir. Syekh Abdul Qodir al Jaelani langsung meng¬hidupkan or

KH. ACHMAD SHIDDIQ

Gambar
KH. Achmad Shiddiq yang nama kecilnya Achmad Muhammad Hasan, lahir di Jember pada hari Ahad Legi 10 Rajab 1344 (tanggal 24 Januari 1926). Beliau adalah putra bungsu Kyai Shiddiq dari lbu Nyai H. Zaqiah (Nyai Maryam) binti KH. Yusuf. Achmad ditinggal abahnya dalam usia 8 tahun. Dan sebelumnya pada usia 4 tahun, Achmad sudah ditinggal ibu kandungnya yang wafat ditengah perjalanan di laut, ketika pulang dari menunaikan ibadah haji. Jadi, sejak usia anak-anak, Kyai Achmad sudah yatim piatu. Karena itu, Kyai Mahfudz Shiddiq kebagian tugas mengasuh Achmad, sedangkan Kyai Halim Shiddiq mengasuh Abdullah yang masih berumur 10 tahun. Ada yang menduga, bahwa bila Achmad terkesan banyak mewarisi sifat dan gaya berfikir kakaknya (Kyai Mahfudz Shiddiq). Kyai Achmad memiliki watak sabar,tenang dan sangat cerdas. Wawasan berfilkirmya amat luas baik dalam ilmu agama maupun pengetahuan umum. Kyai Achmad belajar mengajinya mula-mula kepada Abahnya sendiri, Kyai Shiddiq. Kyai Shiddiq sebagaimana

metro tv

collection: www.anginpenuntun.blogspot.com

menafsir pesan KH Dachlan salim zarkasyi

Gambar
Hadlir [i] KH. Dachlan Salim Zarkasyi (Yai Dachlan) adalah salah seorang tokoh fenomenal di bidang dunia pendidikan al-Quran untuk anak-anak. Dari beliaulah muncul ide Taman Pendidikan al-Quran yang pertama di Indonesia, yang hingga sekarang ini populer di tengah-tengah masyarakat Indonesia dengan sebutan TKQ/TPQ atau TKA/TPA dan seterusnya. Disebut pertama karena memang jauh sebelumnya, proses pendidikan al-Quran di lingkungan kita masih sangat klasik yakni dengan metode sorogan (individual/baghdadiyah), dengan metode ini seorang guru dapat mengajarkan puluhan atau bahkan ratusan santri/siswa dalam satu waktu. Belum lagi manajemennya yang masih berkutat pada alladzi fiih (apa adanya). Namun setelah munculnya Qiraati (1963) dunia pendidikan al-Quran (khususnya untuk anak-anak) mengalami perombakan total. Dari pola pengajaran, waktu, tempat, materi dan guru pengajarnya harus memenuhi kualifikasi tertentu jika ingin berhasil. Belum lagi mengenai hal-hal yang berkaitan

gus miek (kh hamim djazuli)

Gambar
KH Hamim Tohari Djazuli atau akrab dengan panggilan Gus Miek lahir pada 17 Agustus 1940,beliau adalah putra KH. Jazuli Utsman (seorang ulama sufi dan ahli tarikat pendiri pon-pes Al Falah mojo Kediri),Gus Miek salah-satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan pejuang Islam yang masyhur di tanah Jawa dan memiliki ikatan darah kuat dengan berbagai tokoh Islam ternama, khususnya di Jawa Timur. Maka wajar, jika Gus Miek dikatakan pejuang agama yang tangguh dan memiliki kemampuan yang terkadang sulit dijangkau akal. Selain menjadi pejuang Islam yang gigih, dan pengikut hukum agama yang setia dan patuh, Gus Miek memiliki spritualitas atau derajat kerohanian yang memperkaya sikap, taat, dan patuh terhadap Tuhan. Namun, Gus Miek tidak melupakan kepentingan manusia atau intraksi sosial (hablum minallah wa hablum minannas). Hal itu dilakukan karena Gus Miek mempunyai hubungan dan pergaulan yang erat dengan (alm) KH. Hamid Pasuruan, dan KH. Achmad Siddiq, serta melalui keterikatannya pada r