Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Eksistensi Pemalang Berdasarkan Data Sosio-Historis Sampai Abad XIX

Keberadaan Pemalang dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis pada masa prasejarah. Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan Moga. Patung Ganesa yang unik, lingga, kuburan dan batu nisan di desa Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya kuburan Syech Maulana Maghribi di Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan Rohidin, Sayyid Ngali paman dari Sunan Ampel yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat. Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W FRUIN MEES yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak s

Ajaran Tasawuf dalam Puji-pujian Menjelang Shalat Fardlu

Puji-pujian didendangkan di mushalla, langgar atau masjid merupakan nyanyian puitis yang bernuansa keagamaan. Puji-pujian tersebut biasanya didendangkan  bersama-sama  oleh  para  jemaah menjelang shalat Subuh, Dzhur, Ashar, Maghrib atau  Isya sembari menanti datangnya anggota masyarakat lain yang turut mendirikan shalat berjamaah. Puji-pujian tersebut ada yang menggunakan bahasa Arab maupun bahasa daerah. Mungkin  berkat  susunannya  yang ritmis, puji-pujian ini mudah dihafal dan menyebar dari satu musala atau masjid ke musala lainnya. Puji-pujian yang didendangkan para jemaah ini biasanya selalu didahului dengan salawatan atau membaca shalawat Nabi dan puji-pujian pada Nabi SAW. Meskipun puji-pujian tersebut berbahasa Jawa, puji-pujian ini selalu didahului shalawat nabi yang memiliki berbagia keutamaan. Dari Hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a ( dalam Assamarqandi, 1980: 619) Nabi SAW bersabda yang artinya: “ Bacalah shalawat untukku, sebab bacaan shalawat itu me

Tangisan Rosulullah Menggoncangkan Arsy

Dikisahkan, bahwasanya di waktu Rasulullah s.a.w. sedang asyik bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”. Rasulullah s.a.w. menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah s.a.w. yang berada di belakangnya mengikut zikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang laki-laki yang gagah, lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata: “Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokkanku, karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan kerana ketampananmu dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.” Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah s.a.w. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu

manusia diantara 2 tangisan

Detik waktu bersama kelahiran seorang bayi dihiasi tangisan . Nyaring berkumandang menghiasi telinga si IBU. Merakah tersenyum hatinya gembira penawar sakit dan lesu serta berjuang dengan Maut. Lalu mulailah sebuah kehidupan yang baru didunia dengan sebuat resiko pahit dan kejamnya kehidupan ini, bercucurkan darah dan tetes air mata. Air mata adakalanya penyubur hati, penawar duka. Adakalanya buih Kekecewaan yang menhimpit perasaan dan kehidupan ini. Air mata seorang manusia hanyalah umpama air kotor diperlimpahan. Namun setetes air mata kerana takut kepada ALLAH persis permata indahnya gemerlapan terpancar dari segala arah dan penjuru. Penghuni Syurga ialah mereka yang banyak mencucurkan air mata Demi ALLAH  dan Rasulnya bukan semata karena harta dan kedudukan. Pencinta dunia menangis kerana dunia yang hilang. Perindu akhirat menangis kerana dunia yang datang. Alangkah sempitnya kuburku, keluh seorang batil, Alangkah sedikitnya hartaku, kesal si hartawan (pemuja dunia). Dari

ikhlas ku

senandung kegelapan..... telah mengajariku kerelaan sapuan mentari yang belum lama terlelap mengajariku keikhlasan namun dingin relung hati merajut benang-benang kedukaan luka...... telah kugenggam dari penantian yang tak luput dari kesetiaan jiwa sejenak kusesali diri yang terlalu mendambamu mengapa ku hidup dilingkup ini sedangkan cinta telah mengikis semua kenangan yang berakhir luka aku tertusuk perih...... derai air mata tinggalkan jutaan kisah kasih yang dulu mengoyak hasrat di antara kita rindu...... ya aku begitu rindu saat kau panggil SAYANG.... walau ku tahu cintamu telah berakhir tak tersisa

samudra hati

ku titipkan cinta ini pada luas nya samudera hati biar debur ombak membungkam tiap kata yang akan keluar ku latakkan cinta ini di tempat terdalam yang tak akan mampu terjamah terungkap oleh kekecewaan biar batu karang jadi sandaran melebur menyatu dalam keikhlasan tak akan pernah ku ambil..... kelak dia kan menghadirkannya untukku hanya untukku...............

hidup ini indah

Matahari menyinari seisi bumi Seperti Engkau Menyinari perih dalam jasadku ini Selamanya seperti hujan Kau basahi jiwa yang kering Hidup ini indah bila aku selalu Ada di sisiMu setiap waktu Hingga aku hembuskan nafas yang terakhir Dan kita pun bertemu Kau bagai udara yang ku hirup Di setiap masa Engkaulah darah Yang mengalir dalam nadiku Maafkanlah selalu salahku Karena Kau memang pemaaf Dan aku hanya manusia Hanya Kau dan aku Dalam awal dan akhir